ATAMBUA, KilasTimor.com-Sebagian besar warga Kabupaten Belu yang berdomisili di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, hingga kini belum menikmati penerangan listrik. Salah satunya yakni warga di Dusun Foholulik, Haulata dan Tiris Oan Desa Lutha Rato, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu.
Vinsen, salah satu warga Foholulik kepada Kilas Timor di Lamaknen menuturkan, sejak terpisah dan mekar dari Desa Induk Lo’oluna, dusun Foholulik dan dua dusun lain belum teraliri listrik.
“Di desa Lutha Rato ini, tiga dusunnya listrik sudah masuk. Hanya kami saja dusun Foholulik, Haulata dan Tiris Oan yang masih gelap gulita sampai sekarang, karena listrik belum ada,” ungkap Vinsen, Rabu (15/4).
Jelas Vinsen, setiap malamnya warga dusun yang berbatasan langsung dengan Fohoren, Distric Kovalima, Timor Leste itu hanya bisa menggunakan lampu pelita sebagai penerang.
“Kita mekar dari tahun 90-an, tapi sampai sekarang belum ada jaringan listrik yang masuk ke dusun kami,” kata dia.
Selain, ketiga dusun tersebut ada juga dua dusun tetangga Poumuku dan Aimuti, Desa Sisi Fatuberal, Kecamatan Lamaknen juga masih hidup dalam kegelapan, karena belum ada jaringan listrik.
“Kita selalu usul dalam musrenbandes hingga ke tingkat atas, tapi setelah itu tidak ada kepastian. Kita harap dengan adanya kunjungan dari Dinas Pertambangan dan Energi Belu, tahun ini listrik sudah bisa masuk ke dusun,” pinta Vinsen.
Hal senada jelaskan warga Desa Maudemu, Kecamatan Lamaknen. Dominikus Mali. Dia mengatakan, Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun. Tetapi warga di desa Maudemu belum menikmati sepenuhnya kemerdekaan itu. “Sampai sekarang desa kami masih gelap gulita karena belum ada listrik. Kalau bisa pemerintah dan PLN segara perhatikan kami di desa yang belum ada listrik,” pungkas dia. (yan)
