“Saya lihat dan dengar mereka datang ke desa bukannnya untuk mensosialisasikan paket atau figur yang diusung, tetapi justru membicarakan kekurangan figur atau paket lain. Kalau tidak diantisipasi maka akan berbahaya karena bisa terjadi benturan di masyarakat. Kita berharap setiap paket bisa mengarahkan tim kerja sebagai ujung tombak di lapangan supaya lebih memprioritaskan pada sosialisasi figur, dan tidak menjelekkan figur atau kandidat lain,” ujarnya.
“Kita juga minta kepada Panwaslu Malaka supaya melakukan pengawasan di lapangan sehingga pelaksanaan sosialisasi figur disetiap desa sesuai aturan dan koridor yang berlaku,” bebernya.
Tokoh Pemuda Malaka Barat, Alfons Tae Bria kepada wartawan meminta supaya tim kerja setiap figur yang bersosialisasi di setiap desa supaya melakukannya dengan cara yang santun dan tidak menjelekkan figur lain, supaya tidak terjadi konflik horisontal dalam masyarakat. “Kita berproses untuk mendapatkan pimpinan wilayah yang kredibel sehingga cara bersosialisasi juga harus menggunakan cara-cara beradab dan tidak menjelekkan figur lainnya. Kalau konsep kampanye negatif yang dibangun maka hasil pilkada kita juga kurang berkualitas,” bebernya.
“Warga di Malaka Barat saat ini terlihat semakin bingung karena setiap tim kerja datang tidak mensosialisasikan figur, tetapi malah membicarakan kekurangan figur atau paket lain. Kita harapkan tiap kandidat menyadari masalah itu supaya melakukan pembenahan-pembenahan. Kalau kadernya bagus dan berkualitas tetapi tim kerjanya tidak berkualitas maka akan mengurangi kredibilitas kader. Orang tidak akan pilih bukan karena figurnya tidak bagus, tetapi karena cara kerja tim kerja di lapangan yang kurang profesional yang cenderung merugikan figur atau kandidat yang bersangkutan,” tandasnya. (oni)
Percakapan Obrolan Berakhir
