Harapan itu disampaikan Pembantu Dekan III FKIP, Undana, Melki Taneo kepada wartawan sebelum kembali ke Kupang, Senin (1/6).
“Kita selama empat hari melakukan pertemuan dengan masyarakat adat baik Liurai, Loro, Fukun dan Nai di Malaka. Kita sudah berproses dan merekam informasi dari nara sumber selama studi lapangan dan hasilnya akan dibawa ke Kupang, untuk dipelajari di kampus. Dari sana mahasiswa bisa mempelajari rentetan peristiwa sejarah dan budaya kerajaan Wesei-Wehali,” ujarnya.
“Mahasiswa akan mendapatkan pemahaman yang utuh tentang peradaban dan karakter-karakter kehidupan di masa lampau. Karakter yang dibangun dalam konteks kekinian, sehingga harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan alur budaya,” imbuhnya.
“Kalau ada perbedaan cara pandang sangat dihargai dalam sejarah dan dianggab sebagai kekayaan sejarah namun dibalik semuanya itu ada nilai dan tujuan bersama seperti nilai patriotisme, gotong royong, sopan-santun, saling menghargai satu sama lain. Itu adalah kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan,” pungkasnya. (oni)