BETUN, Kilastimor.com-Percaya atau tidak, usaha penanaman sirih daun sangat menjanjikan. Hanya dengan menanam sirih daun dan merawat secara teratur setiap bulan bisa mendulang rupiah antara Rp 50 juta hingga Rp 60 juta dengan harga beli ditempat. Petani pengusaha sirih daun hanya merawat pohon sirih dengan cara memberikan pupuk kandang dan menyiram secara teratur, dipastikan bisa mendapatkan hasil.
Kebanyakan masyarakat di Atokama –Desa Angkaes-Kecamatan Weliman hanya menekuni usaha penanaman sirih daun. Hasilnya, mereka bisa membangun rumah layak huni permanen dan menyekolahkan anak hingga sarjana. Salah satunya dilakukan Donatus Bere yang juga Sekda Malaka.
Dia bercerita, dirinya memiliki kebun sirih. Dia telah menanam sirih daun di areal rumah sebanyak kurang lebih 4000 pohon dan rata-rata setiap bulan bisa panen dan mengahsilkan Rp 50 hingga Rp 60 juta dengan menjual di tempat.
Dalam obrolan santai antara wartawan kilastimor.com, Boni Atolan bersama Sekda Malaka, Donatus Bere, SH disela penanaman pakan ternak kingres di areal Kebun Sirih Atokama miliknya , Minggu ( 4/9-2016), mengatakan, kegiatan penanaman sirih daun miliknya dimulai sejak tahun 2004 silam ketika masih bertugas sebagai PNS di Kabupaten Belu.
Pada tahun itu diri hanya berstatus tidak jelas karena hanya sebagai PNS biasa. Dalam benaknya waktu itu, dari pada bengong harap jabatan dari pemerintah lebih baik bekerja untuk mendapatkan tambahan penghasilan guna menunjang penghasilan resmi diluar PNS.
“Pikiran saya waktu itu, kenapa orang lain bisa kerja dan mendapatkan hasil dan sementara saya tidak kerja? Pada waktu itu saya sangat sadar bahwa hanya melalui gaji PNS tidak mungkin bisa menjawab tuntutan dan kebutuhan hidup yang semakin hari semakin banyak. Terpaksa saya memilih bekerja sampingan di luar, dari pada harap jabatan yang belum tentu didapatkan dalam waktu singkat. Sambil bekerja sebagai PNS saya juga usaha sampingan sebagai sumber pendapatan baru dan peluang yang paling memungkinkan saat itu adalah menanam sirih daun dengan memanfaatkan potensi luas lahan di Malaka,” ungkapnya.
Dia mengemukakan, alasan menanam sirih daun pertimbangannya kebutuhan sirih daun di Malaka setiap saat ada, karena tradisi adat istiadat disini menggunakan sirih pinang.
“Saya lihat di Atokama masyarakat sudah mulai menanam sirih daun walau jumlahnya belum begitu banyak. Saya ambil langkah membersihkan lahan dan menyiapkan penanaman kayu reo sebagai tempat penanaman sirih daun agar bisa merambat saat tumbuh. Kita tidak tanggung-tanggung, lahan satu hektar lebih kita olah dan dipersiapkan menanam sirih daun. Kita langsung tanam 4.000 lebih pohon reo berbaris dan teratur. Setelah persiapan lahan kita langsung melakukan penanaman anakan sirih daun. Dalam waktu satu tahun kita bisa melakukan panen perdana dengan hasil Rp 3,8 juta, padahal ketinggian sirih dari permukaan tanah keatas belum mencapai satu meter.
Salah satu alasan melakukan penanaman sirih daun karena keluarga di Malaka terlalu banyak. Yang namanya adat, pastinya tidak bisa menghindar. Adat tidak megenal apakah punya uang atau tidak. “Adat kita tidak mengenal kita pegawai kecil atau besar. Yang jelas kalau ada acara adat maka hukumnya wajib kita harus kumpul uang untuk melancarkan hajatan itu,” timpal mantan Penjabat Bupati Malaka itu.
