BETUN, Kilastimor.com-Warga Kabupaten Malaka harus kembali menekuni usaha dibidang pertanian sebagai sumber penghasilan keluarga. Dari jumlah penduduk Malaka sebanyak 188.201 orang, sebanyak 89 persen berprofesi sebagai petani. Berdasarkan jumlah penduduk yang ada, setiap hari kita harus sediakan makanan sebanyak 75 ribu ton perhari. Dengan demikian maka pertanian sangat potensial dan prospektif. Lahan kering kita di Malaka 116.063 hektar. 104 ribu ha bisa ditanami jagung dan jenis tanaman lainnya lainnya. Sedangkan lahan basah 11.600 ha lebih. Dalam satu tahun bisa diproduksi makanan 1 juta ton, sehingga seharusnya warga tidak lapar. Warga Malaka harus merubah paradigma berpikir dan memanfaatkan potensi luas lahan yang ada guna meningkatkan pendapatan keluarga. Pemikiran itu disampaikan Kadis Pertanian Malaka, Yustinus Nahak dalam rapat Koordinasi Pamong Praja di Betun belum lama ini.
Yustinus mengatakan konsep berpikir dan mentalitas orang Malaka tentang dunia kerja harus berubah. Fakta di lapangan mengatakan orang Malaka kebanyakan memiliki mental instan. Kerja hari ini sore harus makan dan dapat uang. “Kita bermental manusia Instan. Kerja saat ini harus dapat uang,” katanya.
Karena dasar itu, warga Malaka cenderung bekerja diluar daerah atau diluar negeri. Mental pekerja yang ada, menginginkan kerja pagi bayaran sore. Hal itu menjadi salah satu hambatan pelaksanaan revolusi pertanian yang digalakkan pemerintah saat ini. “Kecenderungan pada masyarakat kita saat ini , banyak warga Malaka tidak berkebun karena memilih beralih pada profesi lain. Pagi hari ojek dan sore dapat uang untuk beli beras,” bilangnya.
