“Yang paling penting adalah rendah hati dan tidak sombong atas apa yang kita miliki saat ini.” Demikian imbuhnya sembari melemparkan senyuman.
BETUN, Kilastimor.com-Bagi kebanyakan orang, limbah kayu dijadikan kayu api. Hal ini tidak berlaku bagi Oktovianus Bere. Pria yang bertempat tinggal di Desa Kusa, Kecamatan Malaka Timur, kabupaten Malaka ini menyulap limbah kayu menjadi karya seni ukir dengan harga jual yang bernilai tinggi.
Berawal dari kesulitan ekonomi dalam keluarga membuat pria yang akrab disapa Okto ini berpikir untuk merantau. Tujuannya dengan merantau dapat membantu meringankan ekonomi keluarga.
“Saat itu ada teman yang ajak saya untuk merantau ke Bali. Tanpa banyak pikir saya langsung mau”, kenang pria berkulit putih layaknya Orang Eropa ini.
Berbekal semangat untuk meringankan beban ekonomi orang tua, pada tahun 2000 Okto bersama beberapa orang temannya mencoba mengadu nasib di Bali. Di sana Okto bekerja di mebel. Di mebel itulah dia belajar banyak hal yang berhubungan dengan seni pahat dan seni ukir.
Kendati semangat awal merantau karena tuntutan ekonomi keluarga, tapi baginya uang bukanlah yang utama dalam seni ukir itu sendiri. Di berkata kalau yang kita pikirkan adalah uang, maka kita tidak akan mendapatkan ilmunya.
“Kuncinya adalah ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan kemauan yang kuat”. Demikianlah petuah dari tutur pria yang berasal dari keluarga tani ini.
Setelah merantau selama lima tahun lebih, Okto datang dengan segudang ilmu. Berbekal alat seadanya, okto mulai mengkreasi limbah kayu yang didapat dari mebel-mebel terdekat menjadi sebuah karya ukir nan unik.