BETUN, Kilastimor.com-Hanifah Syamsudin (6) tewas terbakar pada Selasa (14/2), tepat di hari ulang tahunnya yang ke enam. Diduga kebakaran yang terjadi sekitar pukul 03.00 dini hari akibat hubungan arus pendek.
Hanifah, begitu biasa dipanggil lahir di hari kasih sayang, tepatnya 14 Februari 2011. Ketika baru berusia empat bulan, sang ayah pergi meniggalkan dia kembali pada Sang Khalik.
Hanivah memiliki seorang kaka bernama Amirudin. Kini sang kaka sedang mengejar mimpi di salah satu pesantren di Jombang, Jawa Timur.
Ibunya bernama Nurhalisa yang berperan ganda dalam keluarga terus berusaha menafkahi kedua anaknya. Karena terus dirongrong oleh tuntutah hidup, sang bunda memilih mengadu nasib di Kalimantan agar bisa menafkahi kedua orang anaknya. Sebelum berangkat, ibunda menitipkan Hanivah pada Yuliana Telik Seran (61), kaka dari sang ibunda.
Hanifah bersama ibu Yuliana tinggal di Umasukaer Kabupaten Malaka. Rumahnya berukuran 4×6 meter. Dindingnya terbuat dari bebak dan beratapkan daun lontar. Walau memiliki daya yang kecil, listrik mampu menerangi rumah itu.
Mereka tidak tinggal sendirian di rumah itu. Ada seorang gadis, anak dari ibu Yuliana yang berusia 18 tahun. Nurhasanah, saudari kembar dari ibundanya pun tinggal tak jauh dari rumah ibu Yuliana.
Selain bertani, ibu Yuliana memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan berjualan bensin eceran. Memang tak banyak karena modal untuk berjualan bensin pun sangat sedikit. Belum lagi kalau ada kebutuhan rumah tangga, pasti menggunakan uang dari hasil penjualan bensin itu.
Ketika malam tiba, mereka segera mengemas botol-botol kosog tempat menakar bensin ecerannya. Bensin yang masih tersisa di botol dimasukan kembali ke dalam jergen lalau di simpan dengan rapi ke dalam kamar tidur, tepatnya di di bagian kepala, samping tempat tidurnya. Sedangkan botol-botolnya di taruh di bawah kolong tempat tidur.
Pagi itu, kira-kira pukul 03.00 dini hari. Ibu Yuliana tersadar dari tidurnya karena merasa panas di kepalanya. Kaget bukan kepalang ketika melihat si jago merah sudah melahap jergen yang berisi bensin. Karena paniknya, dia berlari mengambil air untuk menyiram si jago merah. Tak lupa, dia menyuruh anak gadisnya yang berusia 18 tahun untuk memanggil Nurhasanah. Sembari menunggu kedatangan Nurhasanah, dia terus berusaha memadamkan si jago merah.
Ketika air di siram ke jergen bensin, si jago merah semakin menjadi-jadi melahap rumahnya. Beberapa saat kemudian, api sudah membesar. Ibu Yuliana teringat akan Hanivah. Dia berusaha mencari Hanifah di antara para tetangganya yang mulai berdatangan ikut bantu memadamkan api. Namun Hanivah tak ditemukan.