ATAMBUA, Kilastimor.com-Ada beberapa faktor yang menyebabkan mudahnya masuk paham radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat. Diantaranya faktor kesenjangan ekonomi, kemiskinan ekonomi, kurang kepercayaan masyarakat terhadap hukum, rendahnya tingkat pendidikan bagi masyarakat sehingga terjadi kesenjangan sosial.
Demikian disampaikan Wakil Bupati Belu, J.T Ose Luan usai membuka dialog publik pencegahan penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang diselenggarakan Kesbangpol Propinsi NTT di Aula Hotel Paradiso, Senin (27/2/2017), Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL.
Kegiatan bertajuk sinergitas pemerintah dan masyarakat dalam rangka pencegahan bahaya radikalisme dan terorisme dihadiri Kaban Kesbangpol Propinsi Sisilia Sona, Uskup Atambua Mgr. Dominikus Saku, Pr, Kapolres Belu AKBP Michael Ken Lingga selaku pemateri. Peserta dialog berasal dari Kodim 1605/Belu, Polres Belu, Imigrasi, tokoh agama, adat, perempuan, masyarakat, pemuda dan LSM.
Dikatakan, dialog ini sangat penting untuk mengantisipasi sikap-sikap dari luar maupun dalam daerah sendiri. Sebab, radikalisme dan terorisme itu bukan dari luar saja tapi dari dalam diri. Dimulai dari diri kita, kemudia kelompok masyarakat dan lainnya.
“Mulai dari berpikir salah, moral membangun imej negatif dengan kelompok sehingga timbul sikap membangun yang berujung pada tindakan terorisme,” ujar dia.
Tutur Ose, di Belu sejauh ini relatif aman, tapi kita tidak tahu karena orang-orang yang mempunyai kebiasaan melakukan teroris kadang tidak nampak. Konteks wilayah Belu yang berbatasan langsung dengan Timor Leste memungkinkan peluang untuk masuknya paham radikalisme maupun terorisme oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawan untuk menyebarkan paham itu.