RAGAM

Sau Batar Suku Nekmataus Merupakan Budaya yang Perlu Dilestarikan

Frei antonio Taveira, OFM menulis dalam laporannya kepada Vikaris Apostolik Malaka agar mengirim misioaris ke pulau Timor dan Solor. Dicatat juga bahwa pada tanggal 3 Desember 1559, Frei Baltasar Diaz, SJ yang merupakan Vikaris Apostolik Malaka memohon orang Jesuit untuk melakukan misi di kepulauan Solor dan Timor karena sudah banyak orang katolik di sana. Gereja pertama di Pulau Timor dibagun pada tahun 1590 oleh para Biarawan Fransiskan di Lifau, Oecusse.
Para misionaris menyebar agama Katolik di Pulau Timor dengan cara menginkulturasi agama pada budaya-budaya lokal. Salah satunya adalah sebutan Nai Maromak yang diartikan sebagai Tuhan.

Suku Nekmataus sendiri tidak tahu pasti kapan mereka mulai mengenal agama. Namun, ada sebuah bukti peninggalan sejarah yang menyatakan saat dimana mereka mulai mengenal Agama Khatolik. Ada sebuah surat dari Santo Fransiskus Xaverius dalam Bahasa Portugal lengkap dengan tanda tangannya. Surat itu masih disimpan dengan rapi dalam sebuah bambu yang mereka sebut sebagai buku Lulik atau buku sakral. Hanya peninggalan itulah yang dapat menyatakan bahwa suku ini mulai mengenal agama.

Sau Batar itu sendiri biasanya diadakan oleh Suku Nekmataus pada bulan Februari atau Maret sesuai kesepakatan bersama. Lole mengatakan bahwa Sau Batar dilakukan pasca panen jagung di perkebunan rakyat.

Ia menjelaskan bahwa sebelum rakyat menikmati hasil panenannya, mereka harus mempersembahkan terlebih dahulu kepada Tuhan dan nenek moyang. Harapannya, agar di tahun yang akan datang, mereka bisa mendapatkan hasil lebih dari hasil yang didapatkan saat ini.

Baca Juga :   Baru Dua Desa yang Serahkan Laporan Keuangan, Inpektorat Malaka Periksa di Lapangan

Acara Sau Batar dimulai dengan mengambil jagung satu bulir bersama daun sirih dan pinang untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan nenek moyang tentunya berserta doa yang dipimpin oleh ketua suku. Setelah itu, jagung hasil persembahan akan dimasak untuk makan bersama. Bagi para anggota suku yang tak sempat hadir, jagung yang telah direbus akan dikirimkan kepada mereka agar mereka pun dapat menikmati hasil panenan itu.

“Biar sedikit yang penting semua bisa merayakannya,” tutur Lole. (richi anyan)

Pages: 1 2

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top