ATAMBUA, Kilastimor.com-Warga Lelowai, Gaspar Beti bersama beberapa warga lain mendatangi Kantor DPRD Belu pada, Jumat (7/7). Kedangannya untuk mendukung pembangunan Markas Kavaleri di Desa Derokfaturene sekaligus menanggapi penolakan pembangunan markas kavaleri oleh beberapa ketua suku di Lelowai 3 Juli lalu.
Sebelumnya, diberitakan oleh media bahwa rencana pembangunan Markas Kavaleri di Lelowai, ditentang masyarakat.
Senin (3/7) sejumlah tokoh adat dan ketua suku dari 7 Suku pemilik tanah ulayat di Dusun Lelowai, Desa Derokfaturene, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu mendatangi DPRD Belu.
Adapun ketujuh ketua suku yang hadir saat itu adalah Suku Rai Oan, Laboil, Kali Fahik–Bere Fahik, Manlimas. Juga Ketua Suku Lakan Roman, Manuraek dan Tulama yang merupakan bagian dari dua Suku induk di Lelowai yaitu Suku Kukun dan Suku Roman.
Menanggapi hal tersebut, Gaspar Beti sebagai pemilik tanah yang sudah disertifikat mendatangi DPR dengan dua orang kepala suku lain guna meluruskan kembali duduk perkaranya.
“Saya hari ini datang ke DPR dengan membawa Ketua Suku Manlimas untuk meluruskan kembali tentang tanah yang saya kasih ke TNI”, ujar Gaspar Beti kepada kilastimor.com.
Gaspar Beti menjelaskaskan pemerintah pernah meminta kepada masyarakat agar membuat bangunan atau kebun di pinggir jalan raya. Tujuannya untuk memajukan desa.
Menanggapi hal tersebut, Marius taek selaku kepala desa saat itu berunding dengan semua tua adat untuk membagi tanah yang ada di desa Derokfaturene untuk membagi tanah yang masih kosong kepada masyarakat. Hal ini disetujui oleh semua ketua suku yang berada di Lelowai.
Karena telah mendapat perserujuan dari para ketua suku, Maka Marius mulai membagi tanah dari Halioan sampai Nenuk kepada masyarakat. Per kepala keluarga mendapat tanah dengan ukuran yang berbeda-beda. Ada yang 50×50 meter, ada yang 25×50 meter, ada pula yang mendapat 40×40 meter.
Setelah pembagian itu, ada masyarakat yang menjual kembali tanah itu karena terbentur ekonomi. “Dari Beibusa sampai Hudimetan banyak yang sudah terjual”, ujar Gaspar Beti.
Karena itu, TNI datang ke Desa Derokfaturene sebagai salah satu desa perbatasan untuk mencari tanah guna dibangun Markas Kavaleri. Awalnya pihak TNI mencari di tanah di Kantor Desa Derokfaturene, hanya saja tanah itu tidak sesuai dengan permintaan dari pusat. Karena itu, pihak TNI atas usulan pihak desa pergi ke Gaspar Beti guna meminta tanahnya dijadikan lahan untuk dibangun markas Kavaleri.
