KEFAMENANU, Kilastimor.com-Wawasan kebangsaan perlu diperkokoh untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan NKRI. Membangun generasi yang berintelektual dan berkarakter patut ditanamkan.
“Generasi muda merupakan aset utama bangsa dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Generasi muda adalah tulang punggung utama dalam menopang projek pembangunan nasional. Ini merupakan fakta sejarah Kemerdekaan NKRI dimulai dengan adanya kesadaran kolektif kaum muda yang berwawasan kebangsaan dan memeliki semangat nasionalisme yang kuat dengan ditandai lahirnya Budi Utomo pada 20 mei 1908 dan ikrar kebangsaan sumpah pemuda,” papar Yakobus Kolne ketika hadir sebagai narasumber dari unsur Akademisi (Dosen Fisip Unimor) dalam kegiatan seminar sehari dengan tema “Upaya Memperkokoh Wawasan Kebangsaan Masyarakat Perbatasan RI-Timor Leste di Kabupaten Timor Tengah Utara-TTU” yang di gelar Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kefamenanu Sanctus Yohanes Don Bosco di Aula Hotel Grand Royal Kefamenanu, Jumat (7/7).
Menurut Yakobus, upaya membangun karakter warga negara pada dasarnya adalah proses pewarisan nilai-nilai, cita-cita, dan tujuan nasional yang tertera dalam konstitusi negara serta pesan para pendiri negara (the founding fathers). Tujuannya untuk mewujudkan warga negara yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai kebesaran dan kejayaan dalam suasana kemerdekaan.
“Pembangunan karakter masyarakat khususnya generasi muda sebagai generasi penerus bangsa apalagi di wilayah perbatasan perlu dan wajib dilakukakan melalui kegiatan sosialisasi dan pendidikan yang berlandaskan pada UU dengan tujuan mewujudkan sikap, persepsi dan perilaku politik yang hanya bersumber kepada Pancasila dan UUD 1945,” ungkapnya.
Dandim 1618 Timor Tengah Utara-TTU melalui Pasiops Lettu Inf. Agustinus Ahang sebagai narasumber dari unsur TNI pada kesempatan itu mengemukakan bahwa, membahas dan membangun wawasan kebangsaan harus dimulai dari nilai-nilai yang dibangun oleh para pendahulu dan pendiri bangsa Ini mulai dari jaman Sriwijaya-Majapahit-Budi Utomo yang telah menanamkan nilai-nilai persatuan dengan mencetuskan Sumpah Pemuda yang kemudian menjadi embrio dari wawasan kebangsaan yakni Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa yaitu Indonesia.
Kesadaran ini harus mulai dari anak usia dini sebagai generasi penerus untuk menjalin ikatan yang kokoh sebagai sesama anak bangsa sehingga tidak membedakan suku, agama, ras maupun golongan manapun.
“Rivatilasi ini penting dilakukan untuk menumbuh kembangkan kembali Implementasi nilai-nilai nasionalisme agar mampu menghadapi tantangan Global Abad 21,” paparnya.
Menurut Ahang, bangsa Indonesia saat ini menghadapi permasalah terkikisnya wawasan kebangsaan dan semangat rasa nasionalisme. Indikasi terkikis atau menurunya wawasan kebangsaan ini bisa dilihat seperti munculnya pandangan sempit, menonjolnya sifat kedaerahan dan hilangnya jati diri sebagai anak bangsa dan bangga mengikuti budaya asing.
“Wawasan kebangsaan menurun, hubungan sesama manusia semakin rentan, hakekat beragama kurang dipahami, sikap kelompok ingin balas dendam, perjuangan perorangan dan kelompok makin kuat dan perjuangan sebagai anak bangsa terhadap negara menurun. Ini perlu kesadaran untuk bangun kebangsaan Indonesia yang tangguh melalui pelaksanaan sosialisasi 4 Konsesnsus dasar dengan membumikan kembali Pancasila dan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, bangun nasionalisme dan patritisme bangsa, hidupkan kembali wawasan nusantara yang disosialisakan secara siklus dan berkesinambungan dengan tujuan menumbuhkan kesadaran, pengembangan pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran berbangsa,” bebernya.
Sementara itu, Ketua FORKOMA PMKRI TTU (Forum Komunikasi Alumni), Felix Bere Nahak dalam kapasitasnya sebagai narasumber dari unsur Tokoh Pemuda mengaskan adanya berbagai persoalan yang menghambat pembangun wawasan kebangsaan masyarakat khususnya generasi muda yang berpotensi mengganggu dan mengancam persatuan, kesatuan dan keutuhan NKRI.
“Ada kesenjangan Sosial di masyarakat, kecendrungan pembangunan ke wilayah Barat maka jangan heran banyak kelompok Separatis di wilayah Timur Indonesia. Pemborosan anggaran negara yang penggunaan tidak tepat sasaran, masih tingginya kasus Korupsi di Indonesia. Peredaran dan Pengguna Narkoba di Indonesia sangat tinggi, motif ini digunakan untuk merongrong kedaulatan NKRI dengan merusak generasi Muda Indonesia,” pintanya.
