RAGAM

12 WNI Mengaku Diperlakukan tidak Manusiawi oleh PNTL Timor Leste di Suai

Ini warga yang baru dideportasi oleh Imigrasi Timor Leste.

ATAMBUA, Kilastimor.com-12 warga Desa Takirin yang ditangkap Unidade de Patrulhamento de Fronteiras (UPF) Timor Leste ketika sedang mencari kunyit, Kamis (24/8), mengaku diperlakukan tidak manusiawi oleh aparat Policia Nacional de Timor Leste (PNTL) di Suai, Distrik Covalima, RDTL. Hal ini diakui 12 warga tersebut kepada kilastimor.com di kediaman mereka, Dusun Lo’okeu, Desa Takirin, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Rabu (30/8).

“Ami, ema halo nudar osa binatang (mereka perlakukan kami seperti binatang),” ujar Gaspar Halek (43), salah seorang warga yang ikut ditangkap UPF Timor-Leste dalam bahasa Tetun.

Gaspar mengisahkan, mereka pergi ke hutan untuk mencari dan menggali kunyit. Karena harga kunyit Rp 7000.
Tanpa sadar, mereka sudah memasuki wilayah Timor Leste. Mereka baru sadar saat mendapat tembakan peringatan oleh UPF yang saat itu sedang melakukan patroli batas. Sadar kalau mereka telah memasuki wilayah Timor-Leste, maka mereka tak banyak protes saat diminta untuk ikut ke Pos UPF di Desa Balulikkraik, Distrik Covalima.

Saat hendak dibawa ke pos UPF, Densiana Luruk (32) meminta pihak UPF agar jangan menangkap mereka. “Pak jangan tangkap kami, anak saya yang baru berumur satu tahun lebih masih menyusui. Terus mereka bilang, itu bukan urusan kami, cepat ikut kami sekarang,” kisahnya dengan kepala yang terus tertunduk.

Karena permintaan mereka ditolak UPF, mereka pun terpaksa menuruti perintah UPF untuk pergi ke pos. Mereka yang ditangkap itu terdiri dari 4 orang Pria dan 8 orang wanita. Ketika mendekati pos UPF di Desa Balulikkraik, kira-kira 400 meter jaraknya, 4 orang pria yang ditangkap, dipaksa mendaki menuju pos UPF dengan berjalan jongkok.

Baca Juga :   Warga Klatun, Malaka, Komit Kembangkan PAUD

Ketika sampai di pos UPF, mereka berpikir hanya melapor setelah itu mereka langsung dipulangkan. Namun, pikiran itu ternyata melenceng. Setelah memberikan keterangan, mereka dikirimkan ke kantor PNTL Suai, Ibu Kota Distrik Covalima, RDTL.

Yasinta Amaral (37), salah seorang wanita yang ikut ditangkap mengatakan bahwa dirinya sudah memohon kepada pihak UPF agar tidak usah mengirim mereka ke Suai, tapi permintaan itu seperti angin lalu buat mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah terlanjur memberitahu ke PNTL di Suai.

“Bapa, keta kohi ami tan ami ema susar(Bapa, jangan tangkap kami, kami orang susah),” tuturnya mengenang kembali kejadian yang masih melekat di ingatannya. “Tapi, sia naak, sia lapor tian iha pos Suai, dadi la bele tian. Hau terik ba sia, ami husu perdua, tapi sia lanouk. (Tapi mereka mengatakan bahwa mereka telah melaporkan ke PNTL. Terus saya bilang, kami minta maaf, tapi mereka tak menggubrisnya),” lanjut wanita kelahiran Desa Balulikkraik, Kabupaten Covalima sewaktu masih bergabung dengan Indonesia tersebut.

Sewaktu mereka dibawa ke Kantor PNTL Suai, mereka sangat ketakutan saat melihat wajah seram tanpa senyum dari para aparat PNTL tersebut. Di tempat inilah mereka diperlakukan seperti binatang.

Gaspar mengisahkan, ia dipukul di pelipisnya dan dijambak rambutnya. Lain lagi dengan pengakuan dari Ophi Aronis Lakapu (20) dan Rainaldo Taek (15) mengatakan bahwa mereka ditusuk di ulu hatinya dengan menggunakan ujung senapan, ditendang di lutut dengan menggunakan sepatu yang biasa digunakan tentara, dan ditampar di pipi.

Baca Juga :   Willy Lay: Usaha Ekonomi Kreatif di Belu Masih Butuh Sentuhan dan Perhatian

Selain itu, mereka berdua juga dijambak rambutnya, dan dibenturkan kepalanya di tembok. “Mereka tanya kami. Kami belum jawab, mereka langsung pukul kami. Paling sakit itu saat ditusuk pake ujung senjata di ulu hati,” tutur Ophi sembari memegang bagian tubuh yang masih terasa sakit.

Gaspar mengatakan semua pria dipukul oleh aparat PNTL, kecuali wanita. Walau tak dipukul, tapi, ke-8 wanita itu mendapat cacian dari aparat PNTL.

Pages: 1 2

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular

To Top