Walaupun demikian, menurut Conny, dalam beberapa even tahunan, seperti olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN), sangat tampak bahwa kebanyakan peserta maupun pelatih dari berbagai wilayah belum mengetahui teknik dasar renang, peraturan perlombaan, maupun kostum renang yang baku. Karena itu, banyak sekali peserta terpaksa mengalami diskualifikasi akibat kesalahan gerakan pada saat perlombaan. Selain itu, Minimnya perlombaan juga disebabkan masih sedikitnya orang yang mengerti bagaimana sebuah perlombaan renang harus dilakukan dan sesuai dengan standar PRSI dan FINA.
“Meskipun demikian, animo masyarakat maupun sekolah terhadap olahraga renang ini meningkat. Dimana, ditandai dengan selalu adanya peserta renang dalam banyak perlombaan resmi seperti O2SN,” jelasnya.
Dijelaskan juga, untuk meningkatkan kualitas perenang, pertama kali yang harus dilakukan adalah memperluas pengetahuan tentang teknik renang baku yang menjadi standar FINA kepada masyarakat, terutama dikatakan, guru olah raga yang selama ini menjadi tulang punggung berbagai cabang olahraga termasuk renang. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah perlombaan, maka sumber daya manusia yang mampu untuk melaksanakan perlombaan perlu diperbanyak, agar terjadi kompetisi yang sehat, jujur, adil dan transparan.
Adapun manfaat dari pelatihan ini adalah lebih kepada memberikan pengetahuan dasar teknik peraturan olah raga renang dan penyelenggaraan perlombaan olah raga renang yang sesuai dengan standar PRSI dan FINA. Juga, peserta pelatihan akan mendapatkan sertifikat pelatihan pelatih dan wasit PRSI kategori C. (qrs)
