Dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, guru mendapat tantangan yang begitu banyak. Tantangan yang dimaksud adalah tantangan profesional dan pribadi. Salah satu tantangan profesional adalah perkembangan teknologi informasi.
Tantangan lain yaitu terkait peranan guru. Saat ini, peranan guru sudah mulai bergeser. Guru dituntut untuk tidak melihat sekolah sebagai pembelajaran tunggal, tapi juga lingkungan sebagai salah satu tempat belajar. “di hutan pun, siswa dapat belajar banyak hal. Siswa bisa belajar biologi, bahasa, matematika, dan lain sebagainya”, jelas Vincent.
Akan tetapi, Vincent mengakui bahwa salah satu tantangan pendidikan saat ini adalah kemampuan mengajar guru masih pas-pasan. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru di Kabupaten Belu pun masih kurang.
Selain itu, guru juga harus menjadi model pendidikan karakter. Vincent sebagai Kepala SMPN Negeri Haliwen sedikit berbangga diri. Bagai mana tidak, secara nasional, bidang SMP, dan Haliwen menjadi salah satu sekolah yang mewakili NTT mengikuti pelatihan PTK di tingkat nasional.
Melihat kenyataan hari ini, Vincent mengakui bahwa disiplin dalam diri para guru masih sangat rendah. Para guru pun tidak menguasai karakteristik peserta didik dan tidak menguasai materi ajar.
Salah satu pemicunya adalah kesejahteraan guru yang masih sangat rendah. Terkait hal ini, harus diakui, masih banyak keluhan dari para guru. Vincent menuturkan bahwa banyak sekali guru yang merupakan tenaga honor dan sukarela. Mereka mendapatkan upah dari sebagian kecil dana bos dan uang komite sekolah. Upah yang diberikan pun tidak sebanding dengan kebutuhan hidup dalam sebulan. Akan tetapi mereka dituntut untuk bekerja secara profesional.
Stanis Bira Seran, salah seorang Guru SMPN Negeri Haliwen mengakui hal tersebut. Stanis menuturkan bahwa tugas sebagai seorang guru adalah salah satu tugas yang mulai dan berat. Akan tetapi, dalam urusan kesejahteraannya, dia harus membuang waktunya mengajar di kelas untuk mengurus segala urusan administrasi demi menunjang kesejahteraan hidupnya. Sebagai contoh adalah urusan kenaikan pangkat.
“Kami buang waktu terlalu banyak untuk urus kenaikan pangkat. Karena mau naik pangkat, kami selalu tinggalkan tugas pokok kami di kelas”, keluhnya.
Vincent menuturkan bahwa kesejahteraan guru rendah ini perlu dipertimbangkan lagi. Baginya, menajemen keuangan itu yang perlu ditata.
“Ketika saya belum berkeluarga, gaji saya selalu habis di tanggal 10. Namun, ketika saya telah berkeluarga, penghasilan yang sama mampu menghidupi keluarga saya. Bahkan, dengan penghasilan itu, masih ada sedikit uang yang disisihkan untuk menabung. Bagi saya ini soal menejemen keuangan saja. Karena itu, guru perlu mendapat pelatihan menajemen keuangan”, jawab Vincent atas keluhan Stanis.
Setelah melihat tantangan, lalu bagaimana peran guru di Indonesia? Vincent menegaskan bahwa guru adalah insan multi dimensi. Guru adalah orang yang mampu diteladani. Orang yang mampu ditiru. Orang yang memegang otoritas. Orang yang dapat memandu moral pembangunan. Guru adalah orang yang membuat perubahan.
“Kita harus mampu memandu peserta didik menuju generasi yang cerdas”, tegasnya.
Dijelaskan bahwa peran guru dalam melaksanakan pembelajaran bermutu menjadi senjata utama dalam menghadapi dan memberantas kemiskinan, kebodohan, dan kemerosotan karakter bangsa yang sejak indonesia merdeka telah menjadi prioritas pembangunan jangka panjang (pemerintah 2010).
Pertimbangannya, pembelajaran yang bermutu dapat meningkatkan kecerdasan intelektual, menanamkan keterampilan yang baik dan menginternalisasikan karakter bangsa yang kuat kepada peserta didik.
“Dengan demikian, mutu SDM Indonesia semakin baik untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks”, simpul Vincent. (richi anyan)
