KUPANG, Kilastimor.com-Boomingnya berita OTT oleh KPK terhadap Bupati Ngada, Marianus Sae, Minggu (11/2/2018) kemarin, membuat sebagian besar masyarakat NTT melupakan peristiwa intoleransi yang terjadi di Gereja St. Lidwina Bedog, Jogjakarta oleh Suliono.
Tindakan penyerangan terhadap gereja dan umat Katolik yang sedang misa dikecam masyarakat Indonesia. Salah satunya sejumlah kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Cinta Toleransi (Amanat) Kupang dan Perhimpunan Mahasiswa Katholik Repubik Indonesia Cabang Kupang. Kedua organisasi itu menggelar aksi 1001 lilin di dua lokasi yang berbeda pada waktu yang bersamaan mulai pukul 18.30 hingga selesai.
Kelompok Amanat menggelar aksinya di taman nostalgia Kupang, sedangkan kelompok PMKRI menggelar aksi di depan Marga Juang (Sekretariat) PMKRI Kupang.
Disaksikan media ini, kelompok Amanat yang terdiri dari Angkatan Muda Mahasiswa Pelajar Asal Ile Ape (Lembata), dan Komunitas Mahasiswa Katholik BSB FKIP Undana di bawah koordinator umum Basilius Hugu dan koordinator Lapangan, Petrus Elias Buli ini berlangsung hikmat dengan nuansa sedih hilangnya nilai toleransi di Negara tercinta ini.
“Berbicara Toleransi, secara tidak langsung kita berbicara mengenai konstitusi bangsa, di mana dalam UUD 1945 dan pancasila secara nyata tergambar, namun hari ini, di Indonesia masih ada tindakan penyerangan terhadap Gereja dan masih bentuk tindakan intoleransi lainnya, hal ini menjadi ancaman toleransi juga menjadi ancaman bangsa, akankah kita diam dalam keadaan ini,” ungkap Leonardus Bili Sanjaya salah satu peserta aksi dalam orasinya itu.