ATAMBUA, Kilastimor.com-Hidup serba terbatas harusnya tak membuat setiap orang pasrah dengan keadaan. Berjuang dari waktu ke waktu untuk mencapai apa yang dicita-citakan adalah sebuah tugas yang wajib dilakukan.
Almira Lopez, salah satu perempuan paruhbaya yang memberi pelajaran berarti tersebut. Almira, begitu biasa ia disapa oleh tetangganya, tinggal di sebuah gubuk reot di Dusun Wekiar, Desa Dualaus, Kecamatan Kakulukmesak, Kabupaten Belu, bersama suami dan empat orang anaknya.
Dengan uang Rp 15.000, ia membeli sayur dari para petani untuk kembali dijualnya dari rumah ke rumah. Keuntungannya dipakai sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sisanya ia kumpulkan untuk terus menambah modal dalam usahanya.
Dengan keuntungan yang dikumpulkan dari hari ke hari, ia menambah modal untuk berjualan sayur lebih banyak di hari pasar. Dengan keuntungan itu pula, suaminya dapat membeli sebuah gerobak dorong untuk berjualan sayur sehari-hari.
Sampai suatu ketika, Almira membeli benang untuk menenun kain. Almira memang memiliki bakat dalam menenun sejak kecil. Dengan bakat yang dilatih oleh kedua orang tuanya tersebut, ia beralih pekerjaan ke menenun. Sedangkan, sang suami terus berjualan sayur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hasil tenunan tersebut dijualkan ke pasar tradisional Desa Dualaus. Selain itu, dia juga menjual hasil tenunannya ke Pasar Baru Atambua.