Oleh: Herry Klau
“Bola Itu Bahasa Universal”
Saya mencoba memulai tulisan berseri ini dengan sebuah kutipan yang diambil dari sebuah buku berjudul “Bola Itu Telanjang” yang ditulis senior saya Dion DB Putra, yang sekarang bertugas di Pulau Dewata Bali.
Dalam sebuah ulasan yang menarik, unik dan khas ada kesimpulan otentik yang terpatri dan tak terbantahkan adalah sekelumit goresan sederhana tentang bola yang universal.
Saya membaca berulang-ulang aksentuasi yang tegas, yang prinsipil dan yang sejajar. Harmonis dan cukup memberikan makna yang mendalam. Bahwa ketika berbicara tentang bola, kita serentak berada pada alur dan lingkaran yang sedang mempersatukan berbagai perbedaan.
Siapapun takkan pernah menyangkal bahwasanya Bola menembus batas ruang dan status. Bola mengalahkan egoisme pribadi.
Bola meruntuhkan idealisme individualis. Bola menerjang tuntas beragam warna, etnis dan bahasa. Dan bola menyeragamkan. Bola itu unik dan sekali lagi bola itu universal. Bola itu umum. Bola itu satu dan masih banyak analogi yang bersentuhan ketika bicara tentangnya.
Mengapa mesti bola. Sama seperti musik yang juga adalah sebuah bahasa universal, berbicara tentang bola semua mata akan tertuju pada 22 orang (entah pria entah wanita) yang sedang merebut bola di atas lapangan hijau ukuran 110 x 75 meter itu.
Berbicara bola, setiap orang dengan fanatismenya sendiri-sendiri akan mendewakan timnya masing-masing yang berjuang berpeluh keringat dan bahkan berdarah-darah untuk satu tujuan final, meraih kemenangan.