Masih menurut pantauan media ini, di Tibar, perusahaan China sedang mengerjakan pelabuhan peti kemas menggantikan pelabuhan Dili yang tidak lagi representatif. Disamping kecil juga berada di tengah kota yang cukup mengganggu.
Pada sisi bandara, pemerintah Timor Leste juga tidak tanggung-tanggung memperpanjang Bandara Comoro sebagai pintu masuk udara ke Dili. Ada lagi bandara yang telah dibangun yakni Bandara Suai dan bandara raksasa Oeccusee.
Pembangun infrastruktur jalan, jembatan, bandara dan pelabuhan, tentunya sebagai sebuah upaya mempersiapkan infrastruktur perhubungan yang baik, demi memperlancar mobilitas manusia dan barang melalui darat, laut dan udara.
Pembangunan jalan, pelabuhan dan bandara dengan pembiayaan mencapai ratusan miliar dollar Amerika dan rata-rata dikerjakan perusahaan China. Mengapa perusahaan China begitu menancapkan taringnya di Timor Leste? Media ini mencoba untuk menelusuri. Ternyata selain penawaran yang murah, perusahaan China mengedepankan investasi, tanpa menunggu anggaran pemerintah dicairkan. Inilah yang membuat sejumlah besar proyek infrastruktur di pegang oleh perusahaan dari negeri Tirai Bambu.
Semisal pelabuhan raksasa yang dibangun di Tibar. Ternyata itu murni investasi dan dikontrak selama 40 tahun. Setelah itu masa kontrak berakhir barulah diserahkan kepada Pemerintah Timor Leste. (ferdy talok/bersambung)
