ATAMBUA, Kilastimor.com-Daun marungga atau kelor sebenarnya telah menjadi sayuran bagi orang NTT, termasuk Belu pada umumnya. Hanya saja, populasi tumbuhan itu terus menurun, akibat ketidaktahuan masyarakat tentang kandungan vitamin, protein dan kalsium pada daun marungga.
Ternyata, berdasarkan hasil penelitian WHO, daun kelor sangat luar biasa dan dianjur untuk dikonsumsi bayi dan anak-anak pada masa pertumbuhan. Daun kelor mengandung 7 x vitamin C pada jeruk, 4 x calcium pada susu, 4 x vitamin A pada wortel, 2 x protein pada susu dan 3 x potasium pada pisang.
Organisasi WHO menobatkan kelor sebagai pohon ajaib setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan ini berjasa sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 40 tahun ini di negara-negara termiskin di dunia.
Pohon kelor memang tersebar luas di padang-padang Afrika, Amerika Latin dan Asia.
National Institute of Health (NIH) pada 21 Maret 2008 mengatakan, bahwa pohon kelor Telah digunakan sebagai obat oleh berbagai kelompok etnis asli untuk mencegah atau mengobati lebih dari 300 jenis penyakit. Tradisi pengobatan ayurveda India kuno menunjukkan bahwa 300 jenis penyakit dapat diobati dengan daun kelor atau marungga.
Atas keajaiban daun kelor, UPTD Puskesmas Kota Atambua dibawah pimpinan dr. Vincentius Andri Leo melakukan inovasi berupa Gerakan Sejuta Kelor (GESEK). Bahkan Gesek hadir sebelum konsumsi daun kelor digelorakan oleh Pemprov NTT saat ini.
Kepala UPTD Puskesmas Kota Atambua, dr. Vincentius Andri Leo kepada media ini, Minggu (15/9/2019) mengemukakan, Gesek yang diinisiasi pihaknya, bertujuan untuk mengajak masyarakat menanam kelor di pekarangan, guna nanti dikonsumsi. Pasalnya, kelor sangat luar biasa khasiatnya.