ATAMBUA, Kilastimor.com-Tarian Tradisional Asli Belu, Likurai akhirnya ditampilkan dan menggema di Jerman dan Belanda.
Sebagaimana press release yang diterima media ini dari Ekos Dance co. menyebutkan sebagai tindak lanjut keberhasilan karya tari, Cry Jailolo, Balabala dan SALT, penari dan koreografer Eko Supriyanto melebarkan lebih jauh pandangannya di Timur Indonesia, untuk mengeksplorasi keunikan tari tradisi dan ritual di Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
IBUIBU BELU: Bodies of Borders adalah kulminasi dari dua tahun risetnya terhadap Likurai, sebuah tari tradisi yang merepresentasikan kesatuan sosial di Timor.
Karya ini merupakan eksplorasi dari pencapaian dan pemisahan akibat kebijakan politik dalam hubungan global, nasional, dan lokal.
Proyek ini diawali dari Festival Likurai yang diikuti enam ribu penari di Fulan Fehan, Belu, yang
dilanjutkan dengan melatih secara intens enam penari non profesional dari Belu.
Karya ini mengeksplorasi gerak, irama, nyanyian, dan tenun (kain tradisi setempat).
Melalui materi-materi tersebut Eko menciptakan bentuk-bentuk manifestasi tari Likurai yang mengandung ciri khas masyarakat Timor saat ini yang terpisah secara
politik, antara NTT dan Timor Leste. Ingatan tersebut menumbuh dalam enam penari setempat, salah satunya berasal dari Timor Leste–dan sejarah kehidupan mereka yang diekspresikan dalam Likurai.
Kedua hal tersebut secara paradoks menunjukkan bahwa tubuh menghadapi tantangan batas-batas politik.
Tarian likurai kemudian ditampilkan
Koreografer, Eko Supriyanto di Jerman dan Belanda. IBUIBU BELU: Bodies of Borders tampilkan tarian likurai di
1. Tanzhaus nrw, Düsseldorf (Jerman) Pertunjukan 22-23 Oktober 2021, 20.00 CET
2. SPRING Festival, Utrecht (Belanda). Pertunjukan 27-28 Oktober, 19.00 & 21.00 CET
3. Pumpenhaus, Münster (Jerman)
Pertunjukan 30-31 Oktober, 20.00 CET.
