ATAMBUA, Kilastimor.com-Tarian Tradisional Likurai asal Belu yang ditampilkan di Jerman dan Belanda mendapat apresiasi dari misionaris yang bertugas di Belanda.
Salah satunya datang dari Pater Eko S. Manek SVD yang kini bertugas di Belanda dan ikut menyaksikan pertunjukan itu.
Dalam press release yang diterima kilastimor.com belum lama ini mengemukakan, pihaknya memberikan penghargaan yang luar biasa kepada enam duta budaya Feto Rai Belu yang telah tampil di Dusselfdorf-Jerman dan dua hari berturut2 di Utrecht, Belanda. Utrecht merupakan salah satu kota terbesar di Belanda, selain Amsterdam, Rotterdam dan Den Haag.
Disebutkan, enam Feto Rai Belu yang menjadi duta likurai tampil memukau para penonton sehingga kelihatan seperti “bercerita” tentang Rai Belu-Tanah Sahabat (Belu artinya Sahabat).
Mereka berkisah tentang keseharian Ema Belu dalam tata sosia-politik sejak dulu hingga sekarang. Mereka memperlihatkan wajah Ema Belu, Wajah NTT, wajah Indonesia di panggung internasional. “Itu tidak main-main
dan tidak gampang,” ujarnya.
Dengan pentas itu timpalnya, orang tahu bahwa Indonesia itu tidak hanya batik, ulos dan sebaginya, tetapi
ada Tais dan Selendang. Ada Likurai dengan gerakan ritmisnya yang indah. Ada juga Knanuk Tebe dengan syair-syair perdamaian dan perjuangan. “Singkat kata tari Likurai tidak
sebatas pertunjukan kreasi seni tetapi ada kisah dan landasan filosofis yang sangat
kuat di baliknya,” timpal misionaris Katolik itu.
