Sebelumnya dalam arahannya pada acara puncak peringatan Hari Meteorologi Internasional ke-72, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan fenomena perubahan iklim di dunia sudah semakin nyata. Cuaca dan iklim ekstrem makin sering terjadi dan berisiko.
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat terdampak akibat perubahan tersebut yang mengakibatkan produktivitas pangan menurun. Karena itu Presiden mengimbau agar info cuaca yang diberikan BMKG diperhatikan secara serius. Perlu diformulasikan kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta upaya penanganannya.
Presiden menilai perlu ada sistem peringatan dini yang handal dengan memanfaatkan teknologi untuk membangun kesadaran dini pada masyarakat. Edukasi yang berkelanjutan perlu dilakukan agar masyarakat dapat merespons secara cepat risiko yang timbul akibat perubahan cuaca ekstrem. Presiden juga mendorong diperkuatnya kolaborasi untuk adaptasi dan mitigasi risiko bencana akibat perubahan cuaca.
Hal senada juga disampaikan Kepala BMKG Pusat, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D. Menurutnya aksi mitigasi dan adaptasi perlu dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan pentahelix untuk mencegah korban jiwa dan kerusakan. Diakuinya petani dan nelayan adalah kelompok yang rentan terdampak perubahan iklim yang bakal mempengaruhi ketahanan pangan. Karena itu sejak tahun 2011 BMKG telah menggelar sekolah lapangan cuaca bagi petani dan nelayan di sejumlah daerah.
Turut mendampingi Sekda dalam kegiatan tersebut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kota Kupang, Ignasius Lega, SH dan Kepala Pelaksana BPBD Kota Kupang, Ernest S. Ludji, SSTP, M.Si. (*/rino mesak)