Disampaikannya juga bahwa, isu utama daerah hari ini sangat terkait dan linear dengan perubahan sosial ekonomi yang terjadi akibat perubahan global hari ini sejak pandemi Covid, perang Rusia- Ukraina, serta resesi ekonomi hampir di seluruh negara di belahan dunia. Kita juga tahu bahwa tiga tahun terakhir ini, pandemi Covid berdampak pada lemahnya pertumbuhan ekonomi akibat menurunnya produktifitas barang dan jasa, juga PHK besar-besaran dan inflasi.
Sehingga pekerjaan rumah terbesar hari ini adalah bagaimana daerah bisa bertransformasi dan berkolaborasi untuk memanfaatkan potensi Sumber Daya yang ada menjadi peluang untuk mendongkrak pemulihan & pertumbuhan ekonomi dengan membangun partipasi masyarakat khususnya anak muda, meningkatkan kapasitas lokal dan SDMnya, memanfaatkan Tehnology internet/digital, mendorong kewirausahaan dan membuka lapangan pekerjaan serta menciptakan rantai pasok produk unggulan untuk kebutuhan local,nasional maupun ekspor.
Salah satu contoh yang sudah Tuhan anugerahkan bagi Nusa Tenggara Timur hari ini dan bahkan sudah di akui dunia yaitu potensi alam dan ragam budayanya yang dikenal sebagai Pariwisata. Faktanya, pengembangan pariwisata masih betumpu pada kegiatan di pihak swasta/bisnis saja dan Pemerintah. Bagi saya, jika ingin mendorong pariwisata sebagai lokomotif dan pendongkrak serta penggerak ekonomi masyarakat lintas sektor, maka strategy pengembangan pariwisata NTT harus di balik, dimana 80 persen strategynya harus konkrit berbasis masyarakat Desa/Kelurahan dengan melibatkan peran, partisipasi aktif dan konkrit juga dari anak muda serta lembaga keagamaan di setiap wilayahnya.
Karena dengan pengembangan wisata berbasis masyarakat(desa/Kel) ini maka, masyarakat NTT terutama anak mudanya tentu akan jadi lebih kreatif dan punya inisiatif menghasilkan produk barang dan jasa termasuk memanfaatkan rehnology internet untuk terus mengembangkan wisata di daerahnya. Sedangkan di sisi lain pemerintah berkewajiban membantu dengan cara memfasilitasi Infrastruktur pendukung/swasta/bisnis/perbankan/investasi dalam kerangka regulasi/kebijakan.
Dalam proses pelaksanaanya, Pemerintah perlu memetakan dan menganalsis potensi pariwisata serta sektor pendukungnya (SDM,Kelautan,pertanian,peternakan,Energi,dsb) di setiap Desa/kelurahan secara konkrit dan mulai membangun roadmap untuk implementasinya. Misalkan dengan mengajak masyarakat untuk belajar bersama bagaimana membuat perencanaan serta mengelola sebuah destinasi wisata yang baik, melatih bagaimana menghasilkan produk Ekraf, UMKM dan makanan yang baik oleh kaum perempuan, bagaimana mengelola home stay sehinga nyaman di tinggali wisatawan, melatih bahasa asing kepada para anak muda sejak masih sekolah di setiap desa untuk setiap tahunnya, menghadirkan jaringan internet dan memberikan pelatihan skill digital & kreatifitas bagi para anak muda serta manajemen event,menerapkan manajemen pelestarian dan pengelolaan lingkungan/alam yang inklusif, dan sebagainya, sehingga jika masyarakat dan anak muda nya sudah siap, maka tugas Pemerintah untuk mengembangkannya dengan dukungan aksesbilitas yang bagus.
Mulai dari ketersediaan bandara, jalan yang bagus, Listrik, Internet, kendaraan umum,kebersihan, Ketersediaan MCK dan air bersih, dan banyak lagi.
Lalu ada juga faktor amenitas, yang berkaitan dengan fasilitas seperti hotel, restoran, dan lainnya dari pihak swasta. Ada juga atraksi atau kegiatan yang bisa menarik wisatawan untuk bisa datang ke suatu kota/desa/kelurahan atau destinasi dengan menciptakan berbagai event Kreatif dalam bentuk festival secara rutin dan konsisten.
Dan yang terakhir, faktor Komitmen yang di dukung oleh kreatifitas tentunya akan mendorong konsentrasi penuh dalam pengembangan dan keberlanjutannya. Karena pariwisata tanpa kreatifitas tak akan bisa berjalan pungkas Calon senator Muda yang identik dengan tagline GO NTT dan Beta Ivan ini. (*/ferdy talok)